Series: The Immortals #3
Author: Alyson Noel
Publisher: Mizan Fantasy
Publication Year: 2011
Language: Bahasa Indonesia
Translator: Nuraini Mastura
Format: Paperback
Pages: 433
Ever dan Damen, kekasih sejati yang telah lama terpisahkan oleh waktu, kini bertemu kembali dan mulai merajut kisah cinta yang mereka impikan. Di luar dugaan, saat itu jugalah Damen terkena kutukan. Sedikit saja terjadi pertukaran DNA di antara mereka berdua, nyawa Damen bisa terancam. Ever berniat mencari penawarnya, tapi Damen menyikapinya berbeda.Pria tampan itu menganggap inilah karma dari hidupnya selama enam ratus tahun yang penuh kemewahan dan kesombongan. Jadi kini dia mengubah gaya hidupnya; membuang mobil kerennya, mengganti busana-busana bermereknya, menjual rumah besarnya .... Sampai Ever kewalahan dibuatnya. Kini Damen di hadapannya tak lagi memiliki pesona-pesona luar yang dulu memikatnya. Semua terkikis habis hingga hanya tersisa esensi dari sosoknya yang sejati. Lalu keraguan itu pun menyeruak, akankah cinta tetap ada di sana?
*spoiler alert*
Shadowland mengambil waktu beberapa minggu setelah kejadian di buku kedua, Bluemoon. Ever kini tidak bisa melakukan kontak fisik dengan Damen. Karena perangkap Ramon, DNA Ever dapat membangkitkan racun yang ada pada diri Damen. Ever bersikeras untuk mencari penawar bagaimanapun caranya. Bahkan ia sempat memikirkan untuk mengikuti perjanjian yang disyaratkan Ramon. Sedangkan Damon, menganggap keadaan tersebut sebagai kutukan. Karma dari segala hal yang telah diperbuat Damen di masa lalu. Kehadiran pria baru, Jude, dalam hidup Ever juga semakin memperumit masalah. Damen yang tidak ingin mengulang kesalahan sama, mencoba memberi kebebasan pada Ever. Damen membiarkan Ever untuk menentukan pilihannya sendiri tanpa intervensi. Ever pun dituntut untuk mengambil keputusan sulit yang mungkin dapat mengubah hidupnya selamanya.
Di buku ketiga dari seri immortal ini, Damen memiliki ‘pesaing’. Jude, pria-baru/bos-Ever, adalah orang yang santai dan menyenangkan. Meski tidak banyak yang diketahui tentang Jude dari buku ini, Jude jelas memiliki kekuatan psikis yang memungkinkan ia untuk bisa melihat arwah. Menurut saya, Jude yang ‘manusia biasa’ memberikan angin segar dari sekumpulan immortal yang selalu tampak terlalu sempurna.
Membicarakan seri ini, nggak bisa nggak membicarakan tentang Ever. Sejak buku kedua, saya sudah berhenti mencoba untuk menyukai Ever. Mungkin Ever terlalu berbeda dengan saya yang sekarang. Mungkin kalau saya lebih muda ketika membaca buku ini saya paling nggak bisa lebih memaklumi Ever. Mengutip kata-kata Roman, untuk seorang immortal Ever adalah orang yang paling nggak sabaran. Celakanya hal itu yang sering menyebabkan Ever terlibat ke dalam sebuah masalah. Masalah yang sebenarnya nggak bakalan muncul kalau saja Ever bisa sedikit bersabar. Saya sampai heran, nih anak ngeselin banget sih. Dia kan immortal. She has all the time in the world. Contohnya waktu Damen minta break selama musim panas. Damen menganggap selama ini dia sudah terlalu sering mencampuri hidup Ever dan memaksakan kehendaknya terhadap takdir Ever. Apalagi semenjak munculnya Jude, pria yang ternyata memiliki sejarah panjang dengan Ever. Menurut saya, itu kesempatan Ever untuk mencari jati diri. Memikirkan ulang apa yang Ever mau. Walaupun Ever jadi immortal gara-gara Damen juga, dan terdengar nggak bertanggungjawab bagi Damen untuk meninggalkan Ever. Tapi kalau memang ada kemungkinan lain, kenapa nggak dicoba dulu. Bisa jadi ternyata Jude lebih baik untuk Ever dibandingkan Damen. Besides, Damen and Ever are immortals. Time is the least they can worry about.
Sejauh ini, Shadowland adalah buku yang paling membuat saya frustasi. Penyebabnya ya jelas Ever. Dia benar-benar tidak bisa diandalkan untuk mengambil keputusan. Belum lagi tingkahnya yang sok tau dan kepedean. Walaupun begitu, ada aspek-aspek lain yang masih cukup menarik bagi saya. Seperti Jude dan si kembar Romi dan Rayne yang ternyata punya masa lalu yang kelam. Belum lagi Roman yang sedang menyiapkan rencana jahat. Karena saya sudah masuk ke seri ini terlalu dalam, saya akan tetap melanjutkan membaca seri ini. Saya benar-benar berharap karakter Ever menjadi semakin dewasa di buku-buku berikutnya.
No comments :
Post a Comment