Series: The Immortals #2
Author: Alyson Noel
Publisher: Mizan Fantasy
Publication Year: 2011
Language: Bahasa Indonesia
Translator: Nuraini Mastura
Format: Paperback
Pages: 423
Buku kedua seri Immortals. Ever sangat bersemangat mempelajari segala yang dia bisa tentang kemampuan barunya sebagai seorang Immortal, dan dia bergantung pada Damen yang menunjukkan kepadanya berbagai macam hal. Namun seiring dengan kekuatan Ever yang meningkat, kekuatan Damen malah melemah.Demi berjuang menyelamatkan Damen, Ever berkelana ke dimensi magis Summerland, tempat dia mengetahui rahasia-rahasia masa lalu Damen yang menyakitkan—sesuatu yang selalu disembunyikan Damen darinya. Namun dalam perjalanannya untuk menyembuhkan Damen, Ever menemukan teks kuno yang menjelaskan secara rinci cara kerja waktu. Kini Ever harus memilih antara memutar balik waktu dan menyelamatkan keluarganya dari kecelakaan yang merenggut nyawa mereka, atau menetap di masa kini dan menyelamatkan Damen yang semakin sakit dari hari ke hari.“Alyson Noel melebihi semua yang kuharapkan. Blue Moon bukan hanya sekuel yang luar biasa, melainkan juga telah membuat nilai seri ini menjadi sangat, sangat tinggi! Saat mencapai halaman terakhir dari novel ini yang bisa kukatakan hanya, 'Wow!'”—Teens Read Too“Kujamin kau pasti tak akan tahu apa yang ada di buku kedua ini karena Alyson Noel akan mengejutkanmu dan membuatmu menginginkan lebih, lebih, dan lebih.”—The Book Chick
*spoiler alert*
Melanjutkan cerita sebelumnya di Evermore, Ever sudah sepenuhnya tahu tentang kenyataan bahwa dirinya sekarang adalah seorang immortal. Juga kenyataan bahwa selama beberapa abad terakhir hidupnya selalu terikat dengan Damen dan dihancurkan oleh Drina, seorang immortal jahat. Sehingga penting bagi Ever untuk melatih kekuatan psikisnya sebagai seorang immortal. Namun tanpa disangka seiring dengan kekuatan Ever yang meningkat, kekuatan Damen malah melemah. Anehnya perubahan itu terjadi sejak kedatangan Ramon, murid pindahan yang ramah dan menyenangkan. Ever pun menaruh curiga pada Ramon. Ketika kecurigaannya tidak dapat membuktikan apapun, Ever harus mencari cara untuk menyelamatkan Damen.
Bluemoon adalah buku kedua di seri Immortal. Buku sebelumnya. Evermore, tidak terlalu berkesan buat saya. Bluemoon, cukup berkesan buat saya. Saya nggak bilang Bluemoon bagus banget. Setidaknya, lebih baik dari Evermore. Bahkan tadinya saya mau kasih bintang empat untuk buku ini. Tapi sayang, ada beberapa poin yang membuat saya pikir ulang untuk kasih bintang empat.
Di review Evermore, saya bilang kalau saya nggak suka Ever. Ever kekanakan dan nggak praktis. Untungnya, di buku ini karakter Ever sedikit berkembang. Sedikit, iya sedikit. DIa mulai berpikir praktis dan berpikir panjang. Tapi sayangnya akhir buku ini berkata lain. Setelah sepanjang buku Ever curiga dan berprasangka buruk kepada satu orang, tiba-tiba di akhir buku dia malah berbalik mengikuti perintah orang tersebut. What? Pas saya sudah mulai simpati dan menghargai usaha Ever, dia malah kembali mengecawakan saya. Ever ini rasanya seperti maju satu langkah mundur dua langkah. Kemunduran Ever dijustifikasi dengan rasa cintanya terhadap Damen. Karena nggak tahan lihat Damen menderita, Ever jadi gegabah dan terlalu cepat dalam mengambil keputusan. Tapi wow, saya tahu ada istilah cinta bisa bikin buta tapi ya nggak gitu juga kali.
Sedangkan Damen, yah sejak buku pertama saya sudah nggak suka sama Damen. Bahkan saya menganggap Damen adalah pengaruh buruk buat Ever. Apalagi di buku ini, kekuatan Damen melemah yang menyebabkan ia jadi hilang ingatan tentang Ever. Sifat-sifat asli Damen di masa lalu pun keluar. Damen yang muncul di buku ini adalah Damen yang angkuh, kejam, dan dangkal. Jelas, saya jadi semakin nggak suka sama Damen. Tapi karena penglihatan masa lalu yang dialami Ever, tentang Damen dan hidupnya sebelum bertemu Ever yang sekarang, saya malah jadi simpati terhadap Damen. Damen went through a lot. Damen yang sekarang adalah hasil dari perjalanan hidupnya selama beberapa ratus tahun. Saya jadi lebih menghargai Damen.
Saya juga lebih suka alur cerita di buku ini dibanding buku sebelumnya. Akhirnya ‘ada’ yang terjadi. Istilah gampangnya, buku ini lebih rame dari buku sebelumnya. Konfliknya juga lebih greget. Memang ujung-ujungnya ya tentang Damen dan Ever juga. Paling nggak untuk mengungkap akar masalah di buku ini nggak semudah di buku pertama. Sayangnya, lagi-lagi antar kejadian di buku ini terkesan lompat. Seperti ada yang hilang di antara dua kejadian. Agak membingungkan, tapi lama-lama saya terbiasa sama lompat antar scene ini.
Satu poin lagi yang buat saya ngurangin rating untuk buku ini, yaitu PDAnya (Public Display of Affection) si Damen dan Ever. Sebelum Damen melemah dan kehilangan ingatan tentang cintanya ke Ever, Damen dan Ever bagaikan kembar siam. Nempel terus kemana-mana. Bahkan teman-teman Ever juga sebal lihat tingkah mereka. Mungkin kalau bukan gara-gara Damen sakit, sepanjang buku si Damon dan Ever bakal bermesraan terus sampai ke tingkat yang sudah nggak bisa saya tolerir lagi.
Kesimpulan akhir, buku ini lebih bagus dari buku pertama. Walaupun saya masih nggak peduli sama Ever, beda cerita dengan Damen. Unsur supernatural di buku ini juga lebih banyak dieksplor, jadi nggak semembosankan buku sebelumnya. Jadi, saya bakal baca buku ketiga.
No comments :
Post a Comment