[Book Talk] Diversity in YA Novels


Beberapa tahun terakhir, sedang gencar kampanye #WeNeedDiverseBooks dan Diversity in YA. Memang penting sekali lho adanya diversity atau keragaman di buku terutama buku YA. Kali ini saya akan membahas tentang keragaman di buku YA.

Apa sih Keragaman di Buku YA?


Berdasarkan organisasi We Need Diverse Books, diversity atau keragaman didefinisikan sebagai:

“We recognize all diverse experiences, including (but not limited to) LGBTQIA, people of color, gender diversity, people with disabilities (which includes but is not limited to physical, sensory, cognitive, intellectual, or developmental disabilities, chronic conditions, and mental illnesses (this may also include addiction)), and ethnic, cultural, and religious minorities.”

#WeNeedDiverseBooks adalah gerakan yang diprakarsai oleh Ellen Oh dan Malinda Lo pada tahun 2014. Gerakan ini dimulai sebagai respon terhadap panel buku anak BookCon yang hanya terdiri dari penulis pria berkulit putih.
Sedangkan kampanye akan kebutuhan keragaman di buku YA sendiri sudah dimulai sejak tahun 2011. Kampanye Diversity in YA dimulai oleh Cindy Pon dan Malinda Lo. Diversity in YA (DiYA) mendukung adanya berbagai macam keragaman di buku YA, mulai dari ras, orientasi seksual, identitas gender, hingga disabilitas. 



Kenapa kita butuh diversity di buku YA?



  • Buku adalah jendela dunia. Nah dunia kan nggak terbatas di satu budaya/ agama/ gender/ orientasi seksual tertentu. Bagaimana kita bisa melihat dunia kalau jendelanya tidak mewakili seluruh keragaman yang ada?
  • Buku dapat menjadi cermin bagi pembaca. Secara nggak sadar, pembaca akan menghubungkan situasi diri sendiri dengan tokoh yang ada di buku. Buku bisa menjadi contoh bagaimana kita berinteraksi di dunia nyata. Dengan melihat refleksi diri di buku, pembaca bisa tahu bahwa mereka bisa jadi apapun yang mereka mau. Jadi, perlu sekali ada media yang dapat menyuarakan berbagai macam pembaca.
  • Membaca buku yang memiliki keragaman dapat menumbuhkan rasa empati. Dengan membaca buku yang beragam, pembaca dapat lebih menghargai orang yang berbeda dengan dirinya.
  • Semua itu akan lebih baik jika dimulai dari anak-anak atau remaja; dan masih banyak lagi alasan kenapa kita butuh keragaman di buku. Hufftington Post menerbitkan sebuah artikel yang menyebutkan kenapa kita butuh keragaman pada buku. 


Rekomendasi Buku


Setelah tahu apa itu keragaman dan kenapa kita butuh keragaman, berikut adalah rekomendasi buku YA dengan keragaman budaya/ orientasi seksual/ gender/ agama/ disabilitas.

Seri S.A.S.S  adalah seri YA yang  membahas pengalaman remaja yang mengikuti program pertukaran pelajar di seluruh dunia. S.A.S.S. adalah organisasi fiksi yang menangani program pertukaran pelajar. Walaupun tiap buku memiliki tokoh utama remaja perempuan Amerika, tiap buku membahas budaya dari berbagai negara yang dikunjungi, seperti Spanyol, Perancis, Meksiko, Jepang, dan negara lainnya. Buku-buku pada seri ini memiliki cerita yang ringan khas buku YA kontemporer. Seri ini bisa menjadi awal bagi yang ingin memulai membaca buku YA dengan keragaman budaya.

If You Could Be Mine bercerita tentang Sahar yang jatuh cinta pada Nasrin, sahabat baiknya. Sadar bahwa di Iran tertarik dengan sesama perempuan berarti hukuman berat, mereka merahasiakan hal tersebut. Sampai Sahar menemukan solusi yang memungkinkan dirinya untuk menikahi Nasrin. Namun sebagai gantinya Sahar harus melepaskan identitas aslinya sebagai perempuan.
Buku ini mengangkat tema LGBT di lingkungan yang tidak mendukung LGBT. Melalui buku ini, secara tidak langsung dijelaskan perbedaan homoseksual dengan transgender. 


Buku karya David Levithan ini adalah salah satu buku favorit saya. Levithan memang sering mengangkat tema LGBT di buku-buku karyanya. Buku yang ditulis dalam bentuk sajak dan lirik lagu ini menceritakan tentang 20 remaja dan hubungan mereka. Saya jatuh cinta dengan sajak yang ditulis oleh Levithan dengan sederhana namun indah. Buku ini bercerita mulai dari remaja laki-laki yang ingin menjadi kuat dan jatuh cinta pada remaja perempuan yang percaya bahwa dia butuh menjadi lemah, remaja perempuan yang menulis lagu cinta untuk perempuan yang tidak mungkin dia miliki, hingga dua remaja laki-laki yang akan merayakan ulang tahun pertama hubungan mereka. 



Selain buku-buku di atas, masih banyak lagi buku YA yang membahas keragaman seperti Will Grayson, Will Grayson karya David Levithan dan To All The Boys I've Loved Before karya Jenny Han yang bisa didapatin lewat giveaway yang diadakan di sini. Diversity in YA sendiri sudah mengompilasi daftar buku-buku YA yang beragam

Indonesia, sebagai negara yang memiliki keragaman budaya sebenarnya memiliki potensi untuk mengangkat tema keragaman. Tapi, sejauh yang saya tahu buku-buku remaja karya penulis lokal jarang yang memanfaatkan keragaman budaya ini. Umumnya, buku remaja lokal yang ada membahas dinamika remaja di kota besar (atau mungkin bisa lebih spesifik, pulau Jawa) yang kental dengan budaya metropolitan dan permasalahan yang dialami oleh remaja kalangan menengah ke atas. Bagaimana dengan remaja yang tidak tinggal di kota besar? Pasti permasalahan yang mereka alami berbeda. Salah satu contoh buku yang sudah mengangkat keragaman budaya adalah Tetralogi Laskar Pelangi. Walaupun nggak murni tentang remaja, buku tersebut membahas kehidupan masyarakat pulau Belitung. Atau mungkin sebenarnya sudah ada buku remaja lokal yang mengangkat tema keragaman selain Laskar Pelangi? Boleh banget kasi rekomendasi dengan meninggalkan komentar di bawah. Atau mungkin mau kasi rekomendasi yang bisa menghasilkan buku? Bisa ikutan giveaway di sini.
Nah, sudahkah kamu membaca buku YA yang beragam? :)

2 comments :

  1. aku baru tahu kalo ada diverse ini, udah pernah baca beberapa buku yg dibahas di atas tapi nggak ngeh juga :D

    ReplyDelete
  2. buku diverse ngga harus bahas tentang keragaman itu sendiri sih. Bisa jadi itu novel romance ato fantasi tapi tokoh-tokohnya (atau tokoh utamanya) bukan stereotipikal remaja kulit putih. Biasanya kan tokoh asia atau kulit hitam atau gay atau remaja dng disabilitas itu jadi tokoh sampingan aja. Padahal kan nggak harus seperti itu. hehe

    ReplyDelete