[Review] Tak Bersalah - John Grisham

Title of Book: Tak Bersalah (The Innocent Man)
Author: John Grisham
Publisher: Gramedia Pustaka Utama
Publication Year: 2011
Language: Bahasa Indonesia
Translator: Jonathan & Hanna Lesmana
Format: Paperback
Pages: 552



Dalam perekrutan liga besar bisbol pada 1971, Ron Wiliamson pemain yang pertama terpilih dari Negara Bagian Oklahoma. Begitu menandatangani kesepakatan dengan Oakland A, Ron meninggalkan Ada, kampung halamannya, untuk mengejar impiannya, kemenangan liga besar.
Enam tahun kemudian ia kembali, impiannya buyar karena cedera pada lengan dan kebiasaan buruknya––mabuk, narkoba, dan wanita. Ia mulai menunjukkan tanda-tanda sakit jiwa. Karena tak mampu bekerja, ia pindah tinggal bersama ibunya dan tidur sepanjang hari di sofa.
Pada 1982, Debra Sue Carter, 21 tahun, bekerja di bar di Ada, diperkosa dan dibunuh. Selama lima tahun berikutnya, polisi tidak dapat mengungkap kejahatan itu. Karena beberapa alasan yang tak pernah jelas, polisi mencurigai Ron Williamson dan temannya Dennis Fritz. Keduanya akhirnya ditangkap pada 1987 dan didakwa melakukan pembunuhan dengan ancaman pidana mati.
Tanpa bukti fisik, kasus itu dibangun berdasarkan omong kosong ilmiah serta kesaksian para pengadu di penjara dan narapidana. Dennis Fritz dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Ron Wiliamson mendapat hukuman mati.
Jika kau percaya bahwa di Amerika orang tak bersalah sampai dinyatakan bersalah, buku ini akan mengejutkanmu. Jika kau percaya hukuman mati, buku ini akan mengusikmu. Jika kau percaya sistem peradilan pidana adil, buku ini akan menyulut kemarahanmu. 



Tak Bersalah merupakan buku nonfiksi karya John Grisham yang membahas tentang ketidakadilan sistem peradilan di Amerika Serikat. Subjek dari buku ini adalah Ronald Keith Williamson, mantan pemain baseball yang didakwa atas pembunuhan dan pemerkosaan Debra Sue Carter. Sebenarnya, ‘ringkasan’ di sampul belakang buku sudah merangkum isi buku dengan sangat jelas. Apa akhir dari kisah Ron juga sudah disebutkan. Namun yang membuat saya tertarik adalah bagaimana dan mengapa Ron sampai bisa terkena salah dakwaan. As a side note, saya agak terganggu sama judul terjemahan buku ini. Terdengar janggal sebagai judul. Lebih tepatnya kurang catchy.
Tak Bersalah atau The Innocent Man dibuka dengan kronologi kegiatan Debra ‘Debby’ Carter pada tanggal 8 Desember 1982. Dimulai dari kegiatannya di tempat kerja sampai ia pulang ke apartemennya. Grisham menggambarkan dengan cukup detil kejadian-kejadian sebelum insiden pembunuhan dirinya terjadi. Kemudian narasi beralih ke kisah hidup Ron Williamson, mulai dari masa kecilnya hingga karir bisbolnya. Karirnya cukup menjanjikan hingga akhirnya ia terlena dan terjerumus ke obat-obatan dan minuman keras. Sejak itu, hidup Ron mulai runtuh. Karir bisbolnya terhenti. Kesehatan mental Ron terganggu, ia menjadi depresi dan semakin gencar mengonsumsi minuman keras. Sampai akhirnya pembunuhan Debby Carter terjadi. Karena tekanan dari berbagai pihak, kepolisian Ada mengambil ‘cara mudah’ dengan menimpakan kesalahan ke orang yang paling terlihat memungkinkan untuk menjadi tersangka. Sialnya, orang tersebut adalah Ron. Walaupun orang yang terakhir terlihat bersama Debby bukanlah Ron, polisi tetap yakin bahwa Ronlah pelakunya. Perjuangan Ron melawan ketidakadilan pun dimulai.
Membaca Tak Bersalah terasa seperti menonton film dokumenter. Hanya saja, instead of video saya dihadapkan pada buku setebal 500 halaman yang penuh dengan tulisan. Tak Bersalah hanya memiliki 8 halaman yang berisi foto pendukung. Itupun letaknya di tengah buku dan berkumpul menjadi satu. Jadi bisa dibayangkan padatnya buku ini.
Membaca Tak Bersalah cukup melelahkan. Terutama karena buku ini nonfiksi dan terlihat sekali kalau Grisham melakukan riset yang mendalam tentang subjeknya. Selain kronologi kejadian, Grisham juga menambahkan sedikit latar belakang pada tiap langkah hukum yang terjadi. Selain itu, istilah-istilah hukum yang ada pada buku ini dijelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti. Sehingga walaupun buku ini padat, pembaca yang awam hukum seperti saya pun tidak kesusahan memahami lika liku perjuangan Ron.
Buku ini menunjukkan dampak yang timbul bagi korban salah dakwaan. Ngeri, setidaknya itu kesan yang saya dapat. Bayangkan berapa tahun dari hidup Ron terbuang sia-sia gara-gara kasus Debby Carter. Buku ini juga menunjukkan bahwa pada akhirnya kita hanya manusia dan susah untuk tidak bias dalam pengambilan keputusan. Dalam kasus Ron, jaksa penuntut Peterson dan kepolisian Ada sudah terlanjur menaruh prasangka pada Ron sehingga mereka mengabaikan fakta-fakta yang ada. Mereka sampai mengarang bukti dan mengancam orang-orang untuk memberikan kesaksian yang berpihak pada mereka. Bersyukurlah kita hidup di jaman di mana teknologi dan sains sudah cukup maju sehingga memudahkan pembuktian tindak kriminal. Ron akhirnya dibebaskan karena adanya tes DNA yang menegasi tuduhan jaksa penuntut. Tes DNA baru mulai sering digunakan pada tahun 1990-an. Ron harus menunggu bertahun-tahun di penjara hukuman mati sebelum bisa dibuktikan ketidakterkaitannya dengan kasus Debby Carter. 
Secara keseluruhan, buku ini cukup mengedukasi. Hanya saja berhubung bentuknya buku yang penuh tulisan dan minim gambar pendukung jadi kurang menyenangkan untuk ‘dipelajari’. But then again, narasi John Grishamlah yang membuat nonfiksi ini berbeda. Kalau memang tidak benar-benar tertarik dengan subjeknya, saya kurang menyarankan untuk membaca buku ini. Karena membaca buku ini dapat menguras energi. 


No comments :

Post a Comment