[Review] They Do It with Mirrors - Agatha Christie

Title of Book: They Do It with Mirrors (Muslihat dengan cermin)
Author: Agatha Christie
Publisher: PT Gramedia Pustaka Utama
Publication Year: 2011
Language: Bahasa Indonesia
Translator: Julanda Tantani
Format: Paperback
Pages: 286



Untuk memenuhi janji kepada seorang teman sekolah lama, Miss Marple bersedia tinggal di rumah di daerah pedesaan---bersama dua ratus remaja yang mengalami gangguan jiwa dan tujuh ahli waris harta seorang nyonya tua. Salah seorang dari mereka pembunuh, yang mempunyai keahlian untuk berada di dua tempat sekaligus.



They Do It with Mirrors atau Muslihat dengan Cermin berkisah tentang Miss Marple yang berkunjung ke sebuah mansion tua dan menginap selama beberapa waktu atas permintaan Ruth Van Rydock, teman Miss Marple semasa sekolah di Itali. Mansion tua tersebut, atau biasa disebut sebagai Stonygates, dimiliki oleh Carrie Louise yang juga merupakan teman sekolah Miss Marple. Ruth mengkhawatirkan keadaan Carrie Louise dan curiga bahwa sesuatu yang buruk sedang terjadi pada Carrie Louise. Miss Marple pun menuruti permintaan Ruth. Stonygates itu sendiri selain merupakan tempat tinggal keluarga Cariie Louise, sebagian mansion sudah dialihfungsikan sebagai tempat pelatihan bagi anak-anak muda yang pernah bermasalah dengan hukum. Kecurigaan Ruth mulai terbukti ketika terjadi keributan yang tidak diduga-duga. Keributan tersebut diikuti oleh sebuah pembunuhan. Korban adalah anak tiri Carrie Louise dari pernikahan pertama yang sedang berkunjung ke Stonygates. Setelah pembunuhan tersebut, kejadian-kejadian buruk terus menimpa Stonygates. Sehingga Miss Marple tak bisa meninggalkan Stonygates tanpa memecahkan misteri tersebut.
Selain Carrie Louise (dan Miss Marple tentunya), tokoh lain di buku ini yang cukup menarik adalah Edgar Lawson. Edgar adalah salah satu dari anak bermasalah yang kemudian diangkat menjadi sekretaris Lewis Serrocold, suami Carrie Louise saat itu. Edgar adalah anak muda yang aneh. Dia sering merasa paranoid dan delusional. Dia menganggap ada orang yang mengincarnya dan berusaha menjauhkan dirinya dari kesuksesan. Dia juga sering mengklaim bahwa dia anak haram dari orang-orang terkenal, yang berubah setiap dia cerita ke lain orang. Tingkahnya membuat dia dicap sebagai gila. Namun ternyata ada misteri dibalik kegilaan Edgar yang merupakan salah satu kunci pemecahan kasus ini. 
They Do It with Mirrors atau Muslihat dengan Cermin sebenarnya mengecawakan bagi saya. Selain Miss Marple ada dua polisi yang ditugaskan untuk menyelesaikan kasus ini. Sebagai polisi yang baik, tentunya perlu diadakan pemeriksaan kepada seluruh penghuni Stonygates, terutama yang berkaitan langsung dengan kejadian. Kedua polisi ini mengadakan pengecekan alibi dan meminta keterangan pada tiap penghuni yang terlibat. Namun karena yang dimintai keterangan berada pada satu tempat yang sama (tempat terjadi keributan yaitu ruang duduk), jadi kesaksian yang diberikan kurang lebih sama. Akibatnya narasi terkesan berulang sampai saya merasa bosan. Hanya ada satu atau dua orang yang tidak berada di satu tempat dengan orang lain. Itupun mereka tidak memberikan banyak informasi tambahan. Hal tersebut berlangsung hampir hingga dua per tiga buku. Saya jadi sempat putus asa apa kasus ini bakal dapat dipecahkan kalau petunjuk yang ada itu-itu saja. Kehadiran Miss Marple pun tidak membantu banyak. Kalau bukan karena Alex Restarick, anak tiri Carrie Louise dari pernikahan kedua, mungkin Miss Marple tidak mendapat pencerahan untuk menyelesaikan kasus.
Saya tidak merekomendasikan buku ini bagi pembaca pertama Agatha Christie. Untuk penggemar Miss Marple bisa jadi. Tapi saya rasa Miss Marple tidak memberikan yang terbaik di buku ini. Sehingga They Do It with Mirrors tidak termasuk ke dalam daftar favorit saya di antara karya-karya Agatha Christie.



No comments :

Post a Comment