[Review] Memory of Glass - Akiyoshi Rikako

Title of Book: Memory of Glass
Author: Akiyoshi Rikako
Publisher: Penerbit Haru
Publication Year: 2019
Translator: Andry Setiawan
Language: Bahasa Indonesia
Format: paperback
Pages: 360

Polisi bilang, aku melaporkan diriku sendiri.
Kata mereka, aku membunuh seorang pria.
Hanya saja.... aku tidak ingat.
Aku tidak pernah ingat melapor, apalagi membunuh orang.
Sebenarnya, apa yang terjadi?

-----------------------

Kantor kepolisian Morigasaki mendapat telepon tak terduga dari seorang wanita bernama Kashihara Mayuko yang mengaku telah melakukan pembunuhan. Namun ketika wanita tersebut diinterogasi terdapat beberapa keanehan seperti kesaksian yang tidak konsisten. Setelah diadakan investigasi lebih lanjut, baru diketahui bahwa ternyata wanita tersebut mengidap gangguan fungsi eksekutif otak akibat kecelakaan yang dialaminya 20 tahun lalu. Akibatnya, Mayuko tidak memiliki ingatan mengenai hidupnya paska kecelakaan. Dari penyelidikan awal, pihak kepolisian menganggap bahwa kasus pembunuhan ini adalah open-and-shut case. Pelaku sudah jelas, tinggal mencari tahu tentang motif dan bagaimana kejahatan tersebut terjadi. Tetapi salah satu detektif yang bertugas memiliki dugaan lain dan berusaha menyelidiki kasus tersebut dari perspektif yang berbeda.

Memory of Glass diceritakan dari dua sudut pandang, yaitu sudut pandang Mayuko sebagai tersangka dan detektif Yuka sebagai penyidik. Sebagai penderita gangguan fungsi eksekutif otak, Mayuko hanya memiliki ingatan selama 15-20 menit. Selebihnya, ingatannya tercampur dengan ingatan sebelum kecelakaan. Oleh karena itu, Mayuko adalah narator yang tidak dapat diandalkan. Narasinya berulang dan seringkali tidak konsisten bahkan saling bertentangan. Walaupun Mayuko adalah partisipan aktif dalam cerita, narasinya sama sekali tidak bisa dipercaya. Sedangkan Yuka, sebagai seorang detektif tentunya lebih bisa diandalkan, walaupun Yuka belum mengetahui secara menyeluruh kebenaran dari kasus Mayuko dan harus menyusun kepingan-kepingan petunjuk dari hasil penyelidikannya.

Selain kasus pembunuhan yang diduga dilakukan oleh Mayuko, juga terdapat cerita sampingan mengenai keluarga detektif Yuka. Ibu detektif Yuka menderita Alzheimer dengan gejala dini. Karena Yuka merupakan anak perempuan dan satu-satunya anak yang belum menikah, saudara-saudara Yuka mempercayakan perawatan Ibunya ke Yuka. Yuka berusaha untuk merawat Ibunya sebisa mungkin, tetapi merawat penderita Alzheimer tidaklah mudah. Butuh kesabaran ekstra dan belum lagi Yuka memiliki pekerjaan tetap yang cukup menyita waktu. Dia pun memutuskan untuk menempatkan ibunya di Taman Akebono, sebuah panti yang dapat merawat penderita Alzheimer. Sedikit banyak, Ibu Yuka mempengaruhi cara pandang Yuka terhadap kasus Mayuko. Hasil penyelidikannya sedikit bias karena ia melihat refleksi dirinya dan Ibunya pada diri Mayuko dan suami Mayuko. Yuka merasa simpatik terhadap suami Mayuko yang mempengaruhi dugaannya terhadap keterlibatan suami Mayuko di kasus pembunuhan tersebut. Yuka diliputi rasa bersalah karena merasa tidak mampu merawat Ibunya sendiri dengan sabar seperti suami Mayuko merawat Mayuko.

Ibu Yuka sering menjadi konflik di dalam keluarga Yuka. Kakak-kakak Yuka menganggap Yuka tidak peduli dan tidak sayang terhadap Ibunya karena tidak merawat Ibunya di rumah sendiri. Anggapan karena Yuka adalah anak perempuan di keluarga dijadikan pembelaan oleh kakak-kakaknya yang tidak mau merawat Ibunya. Walaupun tidak berhubungan dengan kasus pembunuhan, kisah keluarga Yuka menjadi hal yang dapat direnungkan.

Di sisi misteri, Akiyoshi Rikako sensei sudah tidak diragukan lagi kelihaiannya dalam menulis plot twist yang sulit ditebak. Red herring bertebaran disana sini. Meski sebenarnya saya merasa Akiyoshi sensei kurang adil di buku ini. Di buku-buku sensei yang sudah saya baca sebelumnya, terdapat petunjuk-petunjuk yang bisa kita rangkai untuk memecahkan misterinya. Pembaca hanya perlu lebih teliti untuk menemukan petunjuk-petunjuk tersebut. Di buku ini, ada beberapa informasi yang disembunyikan. Dibadingkan pengalihan fokus, pembaca malah diberi informasi yang salah. Kalau sudah begitu, hanya bisa mengandalkan rasa curiga dan feeling saja untuk menebak kebenaran di balik misteri buku ini.

Setiap saya membaca buku Akiyoshi sensei, saya selalu berpikir plot twist macam apalagi ya kali ini. Tidak jarang saya berpikir bahwa mungkin buku Beliau yang sebelumnya adalah peak plot twist Akiyoshi sensei, yang sekarang kemungkinan berulang dari buku yang sebelum-sebelumnya. Tapi tidak jarang juga saya tetap takjub terhadap plot twist yang dihadirkan di tulisan-tulisan Beliau. Jadi, kalau ada yang bertanya apakah buku ini sama dengan buku-buku Beliau yang sudah diterbitkan sebelumnya, jawabannya tidak. Saya tidak ingin membocorkan alur cerita maupun misteri yang ada di buku ini, tapi dapat saya pastikan kalau buku ini berbeda dengan buku-buku Beliau sebelumnya. Tone buku ini juga lumayan berbeda dengan buku-buku Beliau yang lain. Percaya tidak kalau saya bilang saya sedih sampai mau menangis ketika baca buku ini? In conclusion, menurut saya buku ini patut untuk dibaca bagi pecinta misteri. Terlebih lagi kalau memang suka dengan tulisan-tulisan Akiyoshi Rikako sensei. Saya merekomendasi buku ini untuk dibaca.


No comments :

Post a Comment