[Review] The Coffee Memory - Riawani Elyta

Title of Book : The Coffee Memory
Author : Riawani Elyta
Publisher : Bentang Pustaka

Komposisi: Cinta, Rindu, Candu, Perpisahan, Kopi
Cara Penyajian: Tuangkan rindu, candu, perpisahan, dan kopi ke dalam cangkir.
Tambahkan 180cc air cinta, aduk dan sajikan.
Saat aroma kopi itu menjauh,
Kusadari bahwa kau tak mungkin kutemui lagi
Seperti aromamu yang terempas oleh butir udara
Meninggalkanku dalam sunyi yang dingin
Sampai kusadari kau hadir
Menyergapku dalam diam
Mengembalikanku dalam kenangan
Dan menabur aroma yang sama dgn apa yg telah kutinggalkan
Ketika itulah aku pahami
Aku tak mungkin berpaling lagi



The Coffee Memory adalah salah satu buku dalam seri Love Flavour yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka. Jujur, saya sudah agak lama nggak baca novel kontemporer Indonesia. Jadi waktu dapet buku ini dari secret santa saya, saya baca buku ini duluan. Selain karena tipis juga sih.
Hal pertama yang menarik perhatian saya adalah pengulangan kata ‘aroma’. Baru buka halaman pertama sudah ada tujuh kata aroma muncul. Agak mengganggu menurut saya, apalagi muncul di halaman pertama. Efeknya, ketika membaca di halaman-halaman berikutnya saya jadi ngitung berapa kata aroma yang muncul.
Sebenarnya, saya cukup menikmati membaca buku ini. Terutama karena buku ini membahas tentang kopi dan behind the scene sebuah coffee shop. Tapi ada beberapa poin yang buat saya cuma ngasih two out of five buat buku ini. Pertama, di awal cerita, Dania si tokoh utama diceritakan kehilangan suami dan harus meneruskan bisnis coffee shop milik suaminya. Waduh, kalau di awal cerita sudah kayak gini, susah buat saya untuk simpati ke tokoh pria lainnya apalagi yang nantinya berpotensi jadi love interest Dania. Ini murni personal preference saya sih, apalagi Dania sering mengenang mendiang suaminya. Saya jadi makin nggak rela Dania dideketin sama pria lain (lho?!).
Selain itu ada juga beberapa momen yang sebenarnya bisa buat saya lebih suka sama buku ini tapi digagalkan sama entah karakternya yang apadeh atau kalimat yang nggak banget. Seperti usaha pedekatenya Pram atau Barry si barista baru. Berhubung si Dania ini janda yang punya anak satu, asumsi saya paling nggak usia tokoh-tokoh di buku ini rata-rata 30 atau late 20. Tapi tapi tapi sering banget mereka bertingkah kaya anak SMA yang malah buat saya ngerasa nggak nyaman bacanya.
Saya bingung gimana ngakhirin review ini. Saya nggak terlalu ngerekomen buku ini sih, tapi kalau mau coba baca silahkan. Especially for those contemporary and coffee lover.




No comments :

Post a Comment