Series: The Immortals #1
Author: Alyson Noel
Publisher: Mizan Fantasy
Publication Year: 2011
Language: Bahasa Indonesia
Translator: Reni Indardini
Format: Paperback
Pages: 396
Ever adalah gadis baru di sekolah, dia cantik dan kikuk. Setelah kecelakaan mengerikan merebut nyawa keluarganya, Ever Bloom mendengar pikiran orang lain, melihat aura mereka, dan mengetahui seluruh kisah hidup seseorang hanya dengan menyentuhnya. Semuanya berubah saat dia bertemu Damen Auguste, lelaki misterius yang memesona dan berbahaya. Apakah pertemuan mereka merupakan awal yang baik atau buruk?Sebuah novel fantasy yang membangun ketegangan dan rasa penasaran. Fenomena kemampuan supranatural, rahasia kehidupan setelah kematian, keabadiaan dan kisah cinta yang menggetarkan jiwa. Semua ini dikemas dalam cerita yang kaya alur dan menghibur
Evermore adalah buku pertama dari seri immortals karya Alyson Noel. Buku ini bercerita tentang Ever, yang mengalami kecelakaan sehingga menewaskan keluarganya. Ever merupakan satu-satunya yang selamat dari kecelakaan tersebut. Namun, sejak peristiwa tersebut Ever mendapat kemampuan yang tidak biasa. Ever mampu mendengar pikiran orang lain, melihat aura, mendapat penglihatan ingatan orang hanya dengan bersentuhan, dan melihat arwah adiknya, Riley. Hidup Ever pun benar-benar berubah. Ever menjadi pendiam sehingga dicap orang aneh oleh murid-murid lain di sekolahnya. Lingkaran pertemanannya terbatas pada Haven, penyuka hal-hal berbau gotik, dan Miles si drama queen (king?). Sampai muncul murid pindahan bernama Damen Auguste. Damen yang tampan dan misterius secara ajaib mampu meredam kemampuan Ever. Ever pun secara perlahan terpikat oleh pesona Damen dan berusaha menguak misteri dibalik asal usul Damen.
Okay, Evermore menurut saya termasuk seri dengan genre paranormal romance. Karena memang yang dititikberatkan di buku ini ya unsur romansa dan paranormal/ supernatural. I didn’t know that. Saya kira seri immortals ini seri supernatural dengan tambahan unsur petualangan. Unsur romansa hanya sebagai bumbu ala novel young adult. Sehingga dari sisi ekspektasi sudah nggak sesuai ya, tapi memang ini gara-gara saya yang malas ‘riset’ tentang buku ini.
Saya belum banyak baca buku dengan tema supernatural/paranormal apalagi paranormal romance. Paling-paling ya Twilight. Nah Karena saya kurang familiar dengan paranormal romance, secara nggak sadar saya suka mbanding-mbandingin buku ini sama Twilight. Walau sebenarnya buku ini beda dari Twilight. Mungkin faktor yang saya banding-bandingkan itu umum di buku paranormal romance tapi karena saya nggak biasa jadi suka membandingkan dengan seri paranormal romance lain yang pernah saya baca.
Dari segi penokohan, jujur saya agak bingung sama Ever. Di satu sisi saya kesal sama pilihan-pilihannya yang nggak praktis dan buat dia kelihatan lemah karena terlalu bergantung pada Damen. Namun, tingkahnya yang kekanakan dan nggak praktis masih bisa dimaklumi juga mengingat semua tragedi yang sudah dialaminya. Untungnya, Ever nggak selamanya bersikap kekanakan dan nggak praktis. Ada kalanya dia berpikir praktis dan mengambil keputusan yang nggak malah nyusahin dia sendiri. Sedangkan Damen, saya nggak suka. Tingkah lakunya terlalu dewasa untuk umurnya. Memang itu karena umur Damon sebenarnya lebih tua dari kelihatannya. Tapi membayangkan laki-laki setua Damon nggebet perempuan semuda Ever … sounds creepy. Belum lagi Damon itu flamboyant banget. Sok misterius lagi. Saya nggak suka Damon nggak jujur sama Ever. Meskipun kebenaran yang disembunyikan Damon bakal susah diterima akal sehat. But hey, Ever already has abilities that beyond common sense. Apalagi Damon ternyata merupakan kunci perubahan hidup Ever. Untuk seseorang yang memiliki pengaruh besar terhadap hidup Ever, saya rasa Ever berhak untuk tahu kebenarannya dari Damon.
Dari alur cerita, saya kesel banget. Menurut saya terlalu lambat. Sekitar ¾ bagian sepertinya buku ini muter-muter di tarik ulur antara Damon dan Ever. Nggak ada konflik yang berarti. Antar kejadian pun terkesan lompat-lompat. Jadi saya kadang bingung kok tiba-tiba ceritanya ganti fokus. Evermore baru mulai menarik di beberapa bab terakhir. Sampai-sampai waktu baca saya mikir, kenapa nggak muncul dari tadi-tadi. Mungkin saya bakal lebih menikmati kalau bukunya dipangkas di bagian-bagian tarik ulur gak jelas antara Damon dan Ever. Karena memang ngeselin, Ever kayak ditinggikan sama Damon terus tiba-tiba dijatuhin. Walaupun sebenarnya ada penjelasan di balik tingkah Damon, lagi-lagi kenapa nggak jujur aja. Sehingga kesalahpahaman yang buat cerita semakin berbelit bisa dihindari.
Secara keseluruhan, saya nggak menaruh simpati ke karakter-karakter di buku ini. Alurnya terlalu lambat untuk selera saya. Tapi saya tetap tertarik dengan konsep immortal yang dibahas di buku ini. Saya bakal baca buku selanjutnya. Mudah-mudahan di buku selanjutnya ada ‘sesuatu’ yang terjadi. Mudah-mudahan juga di buku selanjutnya unsur supernaturalnya lebih dieksplor lagi. We’ll see.
No comments :
Post a Comment