Author : Anthony Capella
Publisher : Gramedia Pustaka Utama
Cinta bagai es. Merangkak menyelimutimu, merasuki tubuhmu diam-diam, menghancurkan pertahananmu, menemukan relung-relung paling dalam dagingmu. Tidak seperti panas, sakit, atau terbakar, melainkan lebih seperti mati rasa di dalam, seakan jantungmu sendiri mengeras, mengubahmu menjadi batu.Prancis, 1670. Carlo Demirco, seorang confectioner—pembuat es—melarikan diri dari keluarga Medici di Florence, Italia, dan memilih melayani Raja Louis XIV di Prancis. Kepiawaiannya membuat es krim, kemewahan langka yang pada masa itu hanya bisa dinikmati raja, mendatangkan banyak anugerah baginya: uang, jabatan, wanita.Kemudian Carlo dikirim ke London bersama Louise de Keroualle guna membujuk raja Inggris, Charles II, untuk menandatangani perjanjian yang akan menguntungkan Prancis. Carlo memanfaatkan es krim buatannya, sedangkan Louise, kecantikannya. Dan dimulailah intrik-intrik politik, pengkhianatan, dan persaingan ketika Carlo terlalu terpesona pada Louise. Dengan kekuasaan yang dimiliki sang raja, sanggupkah Carlo bersaing dengannya sementara senjata yang ia miliki hanyalah es krim?
First of all, can I just say that I loooove this book! It was surprising for me since I didn’t expect to like this book that much. Seperti yang tertera di sampul belakang buku, The Empress of Ice Cream bercerita tentang Carlo, seorang pembuat es miskin yang melarikan diri dari majikannya di Italia untuk melayani Raja Prancis. Di Prancis dia kemudian bertemu dengan Louise dan mereka berdua kemudian dikirim oleh Raja ke Inggris dalam suatu misi untuk ‘mempersatukan’ Prancis dan Inggris.
Jujur, saya nggak sadar kalau buku ini adalah buku dewasa dan merupakan historical fiction. It was an impulse buy for me. I bought it purely because of the cover and .. the fact that there’s the word “ice cream” in the title. I mean, who doesn’t like ice cream?
Beberapa bab pertama agak terasa membosankan, tapi saya tetap menikmati aliran cerita karena di bab-bab itulah Carlo asik menerangkan tentang desert-desert buatannya. Cerita mulai seru ketika Carlo dan Louise diutus oleh Raja Louis ke Inggris. Carlo bertugas untuk menyenangkan Raja Inggris dengan kepiawaiannya dalam membuat desert dari es, dan Louise bertugas untuk menyenangkan Raja Inggris dengan … err … kecantikannya. Mereka berdua bermaksud untuk membujuk Raja Inggris agar mau mendukung Prancis dalam perang melawan Belanda. Cerita mulai njelimet gara-gara Carlo ternyata menyimpan perasaan untuk Louise dan Louise bersikeras untuk mempertahankan kehormatannya dan menolak untuk menjadi selir Raja Inggris.
Ini pertama kalinya saya baca historical fiction, tapi buku ini sedikit banyak mengingatkan saya akan The Other Boleyn Girl. No, I haven’t read the book, but I’ve watched the movie. I did enjoy the movie. Bahkan, saya berniat untuk membaca bukunya. Jadi, waktu saya merasa bahwa The Empress of Ice Cream ini memiliki nuansa dan konflik yang kurang lebih sama dengan The Other Boleyn Girl, saya excited untuk menyelesaikan membaca buku ini.
Secara plot, buku ini sebenarnya memiliki plot utama yang sederhana namun dibumbui detil-detil konflik yang menambah rumit cerita. Untuk karakter, both Carlo and Louise are developed well. Saya menikmati perkembangan karakter Carlo dan Louise dari awal hingga akhir cerita. Buku ini ditutup dengan penyelesaian yang menurut saya memuaskan untuk Carlo, namun menggantung untuk Louise. But that’s fine with me.
I gave this book four out of five. I recommend this book for those who love historical fiction. Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya, buku ini adalah buku dewasa dan memiliki beberapa adegan yang cocok untuk pembaca dewasa. So there, I warned you.
No comments :
Post a Comment